Posted by
Fahrizal
|
0
comments
Ayah, Ibu, Ananda Mengikutimu Loh
Ayah, Ibu, Ananda Mengikutimu Loh
Apakah pernah kita melihat seorang anak kecil
menyanyikan lagu dewasa (kayaknya sering deh)?
Apakah pernah kita melihat kisah seorang anak kecil
merokok?
Apakah pernah kita melihat seorang anak kecil memaki
dan berkata kasar pada orang lain?
Apakah pernah kita melihat anak kecil meminta-minta
dijalan (padahal langkah mungilnya tak sebanding dengan laju kendaraan yang tak
pernah sepi) dan apakah pernah kita melihat seorang anak kecil yang sedang
marah membanting pintu kamarnya keras keras?
Rasa rasanya semuanya pernah kita lihat, baik melihat
langsung ataupun melalui televisi. Fenomena apa ini? atau apa yang sebenarnya
menyebabkan mereka "pandai" melakukan perbuatan yang "sangat
tidak menyenangkan" itu?
Anak adalah peniru yang baik! begitu kata salah
seorang bijak, dan hei itu benar. Tanpa sadar terkadang kita mengajarkan
hal-hal buruk pada anak. Ketika dia meminta perhatian kita lalu tidak segera
direspon, kita mulai mengajarkan sikap acuh padanya. Ketika seorang Ibu tengah
memarahi khadimat (pembantu) di depan anaknya karena kelalaian khadimat itu
dalam mengerjakan tugasnya, anak diajarkan memaki pada orang lain, arogan dan
sadis. Ketika seorang bapak terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan melupakan
anaknya, anak mulai belajar tak membutuhkan bapaknya, jadi jangan heran ketika
besar nanti dan kita sedang ingin ditemani anak kita, dia akan sibuk dengan
teman-temannya.
Tak hanya melihat contoh langsung anak bisa meniru,
duhai ibu, duhai ayah, anak juga bisa meniru dari televisi. Membiarkan anak
sendirian menonton siaran televisi adalah suatu kesalahan. Kita tidak tahu apa
yang telah dia serap, apalagi di masa golden age-nya, masa
usia emasnya antara 0-3 tahun ada juga yang bilang 0-8 tahun, masa-masa di mana
kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Apapun informasi
yang diberikan akan berdampak bagi si anak di kemudian hari. Siaran televisi
terkadang mengajarkan kekerasan, sinetron mengajarkan makian dan dendam.
Duhai ibu, kesalahan terbesar kita apabila kita tidak
bisa memaksimalkan pendidikan yang terbaik untuknya, Ibu adalah madrasah bagi
anaknya, pendidikan tak perlu mahal, dengan menemaninya bermain dengan permainan
yang tepat insyaAllah kita akan ikut andil melahirkan asset termahal kita.
Anak adalah peniru yang baik, sebagai orangtua
sepatutnya menstimulasi mereka dengan menjadi teladan yang baik. Jika orangtua
senang membaca, kemungkinan besar anak pun demikian.
Mari kita didik anak anak kita dengan sebaik-baiknya.
Pertama mendidik anak dengan IMAN, untuk menghindari kesia-siaan. Kedua
mendidik anak dengan ILMU, untuk menghindari kesalahan, dan ketiga mendidik
anak dengan CINTA, untuk mendatangkan kebahagiaan.
Karena anak begitu berharga, amanah yang diberikan
oleh Allah pada orang-orang pilihan, merekalah yang kelak akan meringankan dosa
dosa kita dengan do’a-do’a yang tak putus dilantunkan, karena malaikat tidak
akan pernah bertanya, anak kita sudah bekerja dimana, penghasilannya berapa,
prestasi dunianya apa.
Marilah kita belajar dari akhlak Rasulullah terhadap
anak kecil. Sejak kecil, Anas ra menjadi khadimat Rasulullah SAW. Hadits ini
menggambarkan indahnya akhlak Rasulullah SAW terhadap seorang anak-anak yang
bernama Anas ra.
Dari Anas r.a., “Aku telah melayani Rasulullah SAW
selama 10 tahun. Demi Allah beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata hardikan
kepadaku, tidak pernah menanyakan : ‘Mengapa engkau lakukan?’ dan pula tidak
pernah mengatakan: ‘Mengapa tidak engkau lakukan?’”(Hadits Riwayat Bukhari)
Marilah sejenak kita resapi kata kata seorang bijak
ini:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar
berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar
gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar
menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar
rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar
kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar
merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar
percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar
menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar
menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar
mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar
menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar
mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar
kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan,
ia belajar kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar
menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar
menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar
berdamai dengan pikiran
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.”
(QS. At-Tahrim (66): 6)
Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon
pertolongan, serta ampunanNya.
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan
nafsu-nafsu kita dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang
ditunjuki oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa
yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa menunjukinya.
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note
ini bermanfaat.
0 comments: